For what i feel, what i see, what i hear, what i dream of, what i used to be, what i would be. Here i am. Just take a deep breath, then read!

Tuesday, August 28, 2012

labil jurusan deh..

Selalu menyenangkan ketika topik yang diangkat adalah mengenai zodiak dan karakter. Kenapa sih gak masuk jurusan ilmu astronomi aja waktu dulu? Toh, yang terpikirkan sejak berseragam putih-merah emang jurusan itu kan? Simpel, karena saya suka mengenai isu rasi bintang dan kawan-kawan tata surya lainnya. Hhaha, atau masuk psikologi?

Ah, emang bukan jalannya.


Tapi, kalo setelah ini, ambil jurusan hukum bisa gak ya?

------jeda-------

Sori, tadi saya baru saja nyampe di Stasiun Manggarai untuk kemudian pindah kereta arah Sudirman. Beuh! Ramenya lebih parah dari kemarin. Saya tergencet di depan pintu. TOTAL. Mau turunpun gabisa. Haha. Maju kena, mundur kena. Ah, akhir berkat dorongan dari ibu-ibu belakang saya, yang juga berebutan untuk naik, saya ada di dalam kereta skarang. Sesak tak bergerak. Apaan deh ini posisinya. Lihat tuh, tangan saya masih terjepit di belakang. Ah, yaudalah. Hahaha. Seru naik kereta!


Oke. Lanjut. Abis kuliah Ekonomi ini, saya akan lanjut kemana ya? Ke Ekonomi lagi, atau Hukum? -.-
Read More

Monday, August 27, 2012

Jakarta yang menderu!

Pagi ini, kembali lagi memulai rutinitas yang hampir sebulan gak dilakukan... sumpel-sumpelan di kereta. Horeeeee~  Ternyata jalanan pagi ini agak melenceng dari dugaan. Dugaan gue hari kemarin-kemarin kan ya, udah males aja ngebayangin hari Senin yang bakalan super macet cet cet karena para pemudik udah pada balik, dan masuk kantor. Tapi pagi ini, jalanan ternyata ramai lancar aja kok. :)

Pagi ini gue berangkat jam tujuh teng dari rumah. Agak melenceng dari jadwal sih, karena awalnya gue berencana mau berangkat jam setengah tujuh supaya bisa ngejar kereta yang jam 7 kurang 20. Blah! Nyampe Stasiun Klender Baru, kereta gue pas banget dateng. Gue lari tergopoh-gopoh beli tiket dan kemudian masuk ke gerbong. Baam! Gerbongnya penuh bener cyiiiin, gue masih gelayutan di pintu, berharap gue bisa masuk. Gue udah dorong-dorongan, tetep aja badan gue kagak bisa masuk. Omamaa, opapaaa.. Kalo gue gak naik kereta ini, gue bakal telat karena kereta selanjutnya baru dateng setengah 8. Eeeeh, syukurnya si petugas peron ngedorong badan gue masuk ke gerbong. Sakit coy, tapi untungnya, gue jadi bisa selamat di dalam gerbong meskipun nyaris kegencet pintu. Hihihi...

Selamatlah gue sampai Manggarai. Eits, belum selesai. Gue turun di Manggarai untuk transit kereta ke Sudirman. Eh, ternyata nasib gak lebih baik di kereta ini. Same aje, malah lebih parah, kesumpel sana-sini. Hahahaha.. Ada adegan yang gak hampir gak lulus sensor sebenernya yang pengen gue ceritain, tapi enggak ah. Gak enak. :D

Yaaah, gitu deh tinggal di Jakarta. Keras hidupnya, tapi so far, masih tahan banting kok gue ngadepinnya. Itu baru gue, belum orang lain yang nasibnya lebih parah dari gue, apa kabar ya? Yang mesti bangun sebelum ayam berkokok, musti sikut-sikutan di pasar jualin barang dagangannya. Yang ini lah, itu lah. Gue sih masih dalam kategori enak, nyampe kantor, keringat langsung kering karena pendingin ruangan yang luar biasa itu. Minum udah disediain di meja, sarapan juga. Yang lain? Noh, liat supir plus kenek metromini yang seharian kayaknya hidupnya brutal-brutalan di jalanan. Itu kali ya sebabnya mereka gampang banget emosian. Udah panas terik, hidupnya deket mesin yang menderu-deru. Senggol dikit, bacok! Hahaha.

Intinya sih, gue lagi ngelatih diri gue buat tetap selalu bersyukur dalam hal sekecil apapun. Cara paling gampangnya ya gak ngeluh. Titik.


Easy to say sometimes isn't easy to do, no?
Read More

Friday, August 24, 2012

Apreasi terhadap karya anak negeri

Lo udah nonton Perahu Kertas, Re? Gue belum nonton, dan gak mau nonton. Abis, film Indonesia gak ada yang baguis drama semua!! Gak doyan gue film Indonesia!

Kenapa sih? Kenapa banyak orang yang terlalu underestimate sama film buatan Indonesia. Kenapa coba? Lo tinggal di Indonesia, tapi sedikitpun gak ada apreasiasi lo terhadap negara ini di bidang film. Gak cuma kali ini gue ketemu orang yang anti-film-indonesia. Alasannya? Ya, karena buatan Indonesia itu terlalu drama dan dibuat-buat. Kalau yang ada sekarang aja gak didukung, gimana perfilman Indonesia mau makin maju?

Beberapa kali gue ketemu sama orang-orang macam gini, gak mau nonton film Indonesia, apapun itu. Kalau film horor, slapstick, komedi-seks, dan semacamnya sih, gue akuin gue juga gak memberikan apresiasi lebih. Tapi, kalau film-film lain yang nyata-nyata nunjukin ke-Indonesia-an-nya kayak Naga Bonar, Merantau,  dan film-film lain yang berlatar geografis Indonesia yang keren banget itu, masa iya gak ditonton juga? Atau film-film yang bertemakan patriotisme, masa gak diminati juga? Toh, kualitas film-film tersebut diatas gak sejelek itu kok. Yang gitu-gitu, gara-gara persepsi mereka yang sebelah mata terhadap karya anak Indonesia ini, yang bikin mereka kehilangan kesempatan untuk menikmati karya-karya yang berkualitas.

Coba kalau film-film luar negeri, belum tayangpun, mereka sudah memuja-muja. Saya akui, beberapa film mancanegara memang produksinya patut diacungi jempol. Tapi, bukan lantas saya menutup mata terhadap film-film lokal. Saya ini penikmat film. Bagi saya, film itu tujuannya hiburan dan refleksi hidup, sehingga saya terbuka dengan segala jenis film, tentunya yang masih menjunjung moral dan mendidik ya. Kalau produksi mancanegara selalu kita elu-elukan, kita dukung sedemikian rupa dengan berbondong-bondong antri tiketnya di bioskop, makin majulah mereka. Lah, kalau film lokal? Gimana mau maju, kalau orang yang meng-apresiasi-nya juga cuma bisa dihitung pake jari?

Memang sih, dewasa ini, makin marak film-film lokal yang anonoh. Pamer tubuh sana-sini, terlalu mengekspos setan-setan yang sesungguhnya juga kita gak tahu keberada(nyata)annya. Ngapain coba bikin yang kayak gitu? Coba bayangin, gimana kalau anak-anak mereka-si-tim-produksi-film nonton? Anak-anak belia jaman sekarang kan gampang banget terpengaruh. Jangankan anak remaja, yang udah tua aja, yang notabene-nya udah tahu mana yang baik dan yang buruk, tetep aja tuh gak bisa nge-filter perilaku. Buktinya, lihat, gak sedikit kan yang diberitakan di media massa tentang kakek/bapak/ibu/paman yang ngeseks sama cucu/anak/ponakan-nya. Yang begini ini, emang gak perlu di apresiasi.

Di bawah ini adalah 10 film Indonesia dengan jumlah penonton terbanyak di 2011, diambil dari sini.

  1. Surat Kecil Untuk Tuhan (748.842)
  2. Arwah Goyang Karawang (727.540)
  3. Get Married 3 (563.942)
  4. Tanda Tanya (552.612)
  5. Di Bawah Lindungan Ka’bah (520.267)
  6. Purple Love (503.133)
  7. Tendangan dari Langit (491.077)
  8. Catatan Harian Si Boy (450.000)
  9. Kuntilanak Kesurupan (446.718)
  10. Ada Apa dengan Pocong (417.380)

Kalau bukan kita yang ngedukung karya-karya anak negeri, terus siapa lagi yang mau diharapkan? 
Read More

Friday, August 17, 2012

Sorry, i unrespect you!

So, after all this time...

Siapa yang anak kecil, siapa yang orang dewasa?

Saya lebih  memilih sebagai seorang anak kecil yang nyata-nyata enggak tahu apa-apa, ketimbang jadi orang dewasa yang.. well, sorry to say this. Sama sekali tidak ada niatan untuk menghakimi, menyalahkan, atau menyudutkan siapapun. Tapi, karena saya memiliki telinga untuk mendengar, otak untuk berpikir, dan puji Tuhan saya dianugerahi mulut untuk berbicara. Itulah mengapa saya berkomentar.

Saya tidak akan berkomentar, sepanjang jalannya sesuai dengan akal sehat saya. Tapi ini? Mohon maaf, kita tak sejalan.

"orang bego doank, mbak, yang gak tau kalo panorama travel itu emang mahal, apalagi high season begini. bukannya sombong, seandainya kalian pada nanya ke gue tentang hal ini, gue sangat bisa membantu. lo gak tau kan gue punya link sana-sini untuk ngurusin dari lo berangkat, pesawat lo, penginapan lo, acara lo,sampe lo balik ke jkt lagi. gak mau nanyaa siiih."

Kalo sampe akhirnya saya mengeluarkan pernyataan itu, tandanya sya sudah gerah. Masak, nyiapin begitu doank gak beres? Mau protes? Silahkan! Mau bilang "emangnya gampang ngurusin beginian? nih, coba lo yang ngurusin!" ? Akan saya terima tawarannya. Seenggaknya, saya melakukan ini untuk semua.

Aduh, mohon maaf sebelumnya yaa.. Dengan berat hati saya bilang, saya kurang menghargai kalian. Tapi, kalian tetap rekan saya. :)
Read More

Thursday, August 16, 2012

Lambung. Maag? Lebih dari itu!

Seketika, gue pengen bersyukur sama kehebatan tubuh gue. Yaa, meskipun gak kurus-kurus, malah tambah gemuuk. HIKS! Bukan itu sih poinnya. Gue bangga sama tubuh gue, karena sampai umur 21 tahun ini, gue belum pernah dirawat di rumah sakit. Seharusnya sih, untuk penyakit-penyakit yang pernah gue alami, itu udah ukuran harus-dirawat-di-rumah-sakit. Tapi, enggak buat gue. Emang dasar gue bebal kali ya.

Lambung gue, yang kondisinya udah gak normal lagi, alias luka dan infeksi sana-sini, masih bisa gue lalui tanpa harus dirawat di rumah sakit. Thanks God! Meskipun nahan rasa sakitnya itu luar biasa, bahkan terkadang gue mikir meeeen-gak-ada-yang-lebih-sakit-dari-ini-apa?-die-aja-deh-gue. But, who knows? Me can face it as well (untuk saat ini). Meskipun untuk bertahan, bermacam-macam obat ready stock di meja gue. Silahkan lihat meja kantor gue, dari obat yang harus diminum sejam sebelum makan, pas selesai makan, sampai sejam sesudah makan ada semua. Ada Polysilane, Propect Ambroxol HCI, Colidan, dan beberapa obat lain yang gue gak tau namanya. Dirumah pun di kosan juga nge-stok begituan tuh. Nah, gue-yang-bego-ini, biasanya cuma inget mengkonsumsi obat-obatan itu kalau udah kambuh doank. Bodoh kan? Emang! kebiasaan jelek kok dipelihara sih vel, diobral-obral ke publik lagi. ck!

Pernah suatu waktu di Bandung, lambung gue kumat. Beuh, rasanyaaaaa pengen nangis tak henti, serba salah, sambil ngebodoh-bodohin diri sendiri. Berawal dari pagi-pagi gue sarapan di rumah Pipit sekitar jam 6 an, waktu itu kita makan nasi goreng. Normal-normal aja. Trus selama perjalanan, jam 11 siang kok gue udah merasa lapar. Tapi, karena gak ada tempat makan, akhirnya kalem lah gue. Setengah satu siang, gue dan ketiga lainnya mampirlah ke Cihampelas, makan bakso kocok. Nah, disitu perut gue udah gak perih lagi, udah biasa aja. Makan lah gue yamien pangsit bakso. Jeng jeeeeeng, jam 3 sore, ketika gue berada di Dago Atas, rasaanyaaaa luar biasa. Perut gue bengkak, kayaknya tuh angin banyak masuk ke perut gue, ditambah lambung gue yang lagi luka, rasanya perih banget. Diperlengkap dengan kondisi gue gak bawa jaket padahal disitu dingin banget, dan gak bawa obat apapun. Yihaaaaa! Ooon! Padahal jam 6 mau nonton Mocca. :(

Gak nyaman banget. Dan, itu gue tahan sampe Mocca selesai manggung, sekitar jam 11-an. Keluar dari venue, kita jalan kaki sampe ketemu jalan raya, untuk nyetop taksi. Ihiiiwwwrr, dinginnya gak kukuuu masbro! Nyampe depan jalan raya, si Della Pipit sama temennya Pipit *gue lupa namanya siapa* udah ngobrol lalalili, sementara gue melipir ke pinggiran untuk muntah-muntah. Enak? Engga!

Puyeng banget + lemes banget + dingin banget = Die!

Tapi, disitu gue sok cool aja berasa gak kenapa-kenapa, tengsin juga gue ada mereka, kayak orang penyakitan. Hehehehe

Nyampe di rumah, dinginnya gak kalah seru. Gue lebih memilih masuk kamar, dan selimutan, setelah sebelumnya gue nyeduh teh tawar hangat. Dan, perih itu baru reda di hari Senin siang, ketika gue kembali ke kantor dan merasakan panasnya Jakarta, dan ketemu obat-obat gue. Lumayan ya tiga hari nahan sakit. :D

Yang begini-begini, jangan ditiru loh.
Read More

Thursday, August 09, 2012

Satu: Senang!

Saya nggak tahu kenapa sejak awal Agustus ini, setiap hari saya selalu bangung setengah tujuh pagi, dan tidur setelah jam satu pagi. Dan, selalu, di sekita jam tiga saya terbangun. Apakah gerangan? Saya tidak hendak berpuasa padahal. Dan, di setiap bangun saya tengah malam itu, sepuluh menit pertama saya disibukkan dengan ngobrol sama orang itu di BBM. Orang yang gak tau kapan pulangnya, katanya sih akhir bulan ini. Sebel juga kadang-kadang cuma dikasih harapan palsu, bilang mau pulang, tapi gak pulang-pulang. Lalu, di menit kemudian saya kembali tertidur. Aneh.

Mungkin memang saya terlalu lelah menjalani awal Agustus ini? Ah, biasa saja. Semoga nanti malam, saya bisa tidur pulas ya. :)


Oh iya, belakangan ini saya dibuat penasaran sama orang yang kayaknya sih kerja di lantai tujuh. Duh, siapa sih dia? Gemes banget! Dalam artian, bukan suka atau apa ya, cuma emang penasaran aja sama dia. Gak penting, kan? :D

Lalu, mengenai perjalanan saya di dua minggu ke depan, sepertinya akan menarik. Philipines, Kuya Jap, Sir Peter, Reese, Cammy, Ate Pre, Kuya Bob! Kangen sekali saya sama mereka. Baik, ganteng, cantik. Pas! Pasti bertanya-tanya, siapa sih nama-nama yang saya sebutkan diatas?
Mereka itu teman-teman saya ketika saya berada di Thailand di 2009 lalu. Kami sama-sama tergabung dalam ASEAN Youth Cultural Forum. Nah, awalnya disitu, kemudian berlanjut chatting, email, facebook, dst. Dulu, pas kontingen kami (Indonesia) dan mereka (Filipina) berpisah di bandara Suvarnabhumi, dia bilang gini :

Japeth : O, see you on facebook, Velofa! Ha, i'll question you to come to my place, someday.

Gue : *agak sedih sih* Well, Jap. I do believe we'll meet again, someday. Invite me!


Kita closed banget padahal ya baru seminggu kenal, hahaha. Nah, bener aja kan, gue balik lagi ke Filipina cuma buat anak-anak itu (sekalian jalan-jalan sih). Orang jahat mana sih yang mau beliin gue tiket PP dan ngasih gue tumpangan (we'll see) selama gue disana?


Mari deh kita lihat di akhir Agustus, tulisan kayak apa yang bakal gue posting terkait perjalanan ini.


Lainnya, gue gapunya duit lagi. Gajian masih lama ya?



*cek kalender* *cek dompet*


NIHIL!
Read More

Anonim

Hallo anak-yang-asumsi-gue-kantornya-di-lantai-tujuh,



Siapa sih namamu?
Read More

Saturday, August 04, 2012

mulut dipakai untuk berbicara baik tau!

Kok merasa tertohok ya? Maaf boleh ngga? Maafan aja deh. Gak marahan sih, tapi sadar diri aja pengen minta maaf. Measa salah nih. Aneh banget, asli!



Jadi, boleh minta maaf?



Boleh dong, boleh ya. Pleasseeeee..



*tautin kelingking*
Read More
Written by tvelofas. Powered by Blogger.

© Je Suis Moi ♥♥, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena