For what i feel, what i see, what i hear, what i dream of, what i used to be, what i would be. Here i am. Just take a deep breath, then read!

Wednesday, January 26, 2011

we're in a trip (not a fight)

Seumur hidup kalau saya jalan-jalan bareng teman-teman, tidak pernah berantem. Makanya saya heran ketika beberapa orang curhat kepada saya bahwa mereka berantem dengan teman-teman (dekat) sendiri saat jalan bareng. Ada yang sampai nangis-nangis, ngambek-ngambekan, malah jadi musuhan sampe tidak saling ngomong. Ih, apa banget sih? Makanya saya merasa perlu untuk menuliskan tips jalan bareng teman yang nggak pake berantem.

Pertama, baca ini dulu. Pemilihan teman jalan itu sangat penting. Jangan hanya karena malas jalan sendiri Anda jadi sembarangan cari teman jalan. Percayalah, teman jalan yang salah bisa bikin bete berkali lipat dibanding jalan sendiri. Saya aja hanya mau jalan dengan sahabat-sahabat jalan saya yang sudah saya kenal bertahun-tahun (hoek! lebee to the max. haha!) – yang kalau sahabat saya ‘kumat’, saya cuma ngetawain aja. Kalau pun dapat teman jalan, sadarilah bahwa tidak semua teman enak diajak jalan bareng. Dan tanamkan ini: karena jalan-jalan itu melelahkan, maka fisik dan mental jadi kacau sehingga mudah naik darah.


Toleransi kita harus tinggi meski terhadap teman sendiri. Kuncinya, komunikasi harus terbuka. Mulai dari membicarakan siapa tidur di tempat tidur yang mana, apakah tidur lampu menyala atau mati, kalau mau merokok boleh nggak di dalam kamar, kalau mandi siapa duluan, sampai kalau ada yang tidak pulang apakah diperbolehkan. Kalau masih ragu dalam membuat keputusan, lakukanlah voting atau bahkan gambreng dan suit. Ada juga lho kejadiaan ngambek-ngambekan gara-gara rebutan cowok. Temanmu naksir cowok yang ketemu di jalan, padahal cowok itu naksir kamu, atau sebaliknya. Nah, gimana coba? Itu sih dipikirin sendiri aja gimana? Hehe. (ini pengalaman bukan ya? hayo ngaku ngaku ngakuu.)

Seasik-asiknya teman sendiri pasti ada perbedaan dalam selera jalan-jalan. Makanya sebelum pergi, sepakati dulu itinerary-nya. Setiap orang suruh riset masing-masing, baru tentukan tujuan. Jangan mengandalkan satu orang yang membuat semuanya karena interest setiap orang berbeda. Ini termasuk juga untuk penentuan tempat menginap. Setiap orang harus tau harga penginapan berikut kondisinya. Jangan sampe salah seorang protes karena kamarnya jelek lah, ada sarang laba-laba lah, bau lah. Kalau sudah booking, semua resiko itu harus ditanggung bersama. Tapi kalaupun ada satu yang tidak mau terlibat dalam perencanaan dan dari awal bilang “terserah elo deh” berarti konsekuensinya adalah apapun yang terjadi dia nggak boleh protes – dan Anda harus mengatakan dengan jelas kepadanya.

Pernah ngalamin mencar-mencar di jalan sehingga saling cari-carian sampe abis waktu sia-sia dan bete berat? Gimana coba cara ngatasinnya? Hari gini sih ada handphone. Nyasar tinggal SMS. Tapi tidak semua handphone pulsanya penuh dan bisa international roaming. Lagipula biaya SMS di luar negeri mahal banget. Makanya kalau terjadi perubahan itinerary di jalan – yang satu ingin ke A, yang lain ingin ke B, ya biarin aja. Yang penting, sepakati  jam dan tempat ketemuan selanjutnya. Jangan lupa, penentuan tempat harus spesifik benar, misalnya di mall X, kafe Y, kursi Z. Sebelumnya, lihat masing-masing handphone dan arloji masing-masing, lalu sesuaikan. Soalnya perbedaan waktu di suatu tempat sering tidak disadari sehingga jam belum disesuaikan. Sepakati back up plan seperti bila nanti nggak ketemu. Contohnya, ditunggu maksimal 10 menit dan yang terlambat silakan jalan sendiri ke hotel, entah gimana caranya. Meski teman sendiri, kita harus disiplin. Anda pun harus berani meninggalkan dan ditinggalkan teman.

Terakhir adalah masalah duit. Katanya ini sering menjadi sumber berantem di antara teman yang jalan bareng. Boleh ditiru bagaimana saya menyelesaikan masalah perduitan ini. Kami menyepakati dulu siapa yang jadi bandar. Tugas bandar adalah membayar keperluan bersama dan mencatatkannya di buku. Bandar perlu ada karena alasan keamanan. Kalau kita keseringan buka tas dan buka dompet untuk bayar hal yang remeh-remeh seperti ongkos naik angkot, maka kemungkinan dompet dicopet atau hilang makin besar. Dengan adanya bandar, setiap hari kami di dompet cuma bawa recehan, sedangkan duit gedenya disimpan di dompet khusus. Jangan lupa, kalo berada di luar negeri, setiap mau jalan, paspor harus ready di tas.


Peraturannya: Akan lebih baik apabila, setiap hari menyetor uang kepada si bandar untuk keperluan biaya transportasi dan penginapan. Jumlah masing-masing orang telah disepakati bersama berdasarkan aktivitas yang akan dijalani hari itu. Kalau ‘makan tengah’ alias beli makanan dengan memesan lauk pauk yang dibagi rata, maka duitnya dibayar oleh bandar. Tapi kalau makan yang lauknya pesan sendiri atau jajan di luar makan bersama, maka duit dibayar masing-masing. Kadang ada teman yang tidak mau jadi bandar terus menerus. Nah, supaya adil, maka jabatan bandar digilir setiap hari. Tugas dan peraturan perbandaran sama, tinggal nyetor duit ke orang yang berbeda. Setiap malam sebelum tidur, kami memeriksa catatan pengeluaran dan serah terima. Kalau ada hutang, dibayar saat itu juga sehingga posisi jadi 0 lagi.



Moral of the story: kalo males ribet sama teman jalan, ya jalan aja sendiri. Jangan sampe liburanmu jadi bete abis. Apalagi sampe kehilangan teman!














Have a great backpacking! Cups! ^_^

0 komentar:

Post a Comment

Written by tvelofas. Powered by Blogger.

© Je Suis Moi ♥♥, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena