Sehingga,
untuk sebuah waktu yang dari dulu ia tunggu, ia harus duduk termangu
untuk segenap cinta yang tak sengaja tumbuh, ia harus menunggu
untuk sebuah romansa abu-abu, ia harus berpijak dalam sebuah ketidakpastian
Seandainya ia tahu bahwa ia hanya sia-sia menghabiskan waktu. Hatinya terlalu tulus untuk didustai. Memang, hidup ini hanya seputar pilihan. Ingin aku tuntun dia, pun hanya sekedar menghela nafas bersamanya dan menemaninya dalam diam. Tak sampai jika ku katakan yang sebenarnya. Biarlah, dia sudah dewasa. Dia mampu mencari jalan keluarnya, ku percaya.
Kadang rindu memang tak banyak berkata, tapi hati keras sekali berteriak. Hei kamu yang di ujung sana, sekeras apapun hati ini bersuara, akankah kamu mendengar tanyanya?
Meski di satu sisi kita bersama, tak pernah ada sepatah katapun yang terucap. Mengapa?
Salut aku padamu. Melepaskan semua ego untuk sebuah pernyataan. Aku tahu itu tidak mudah, percayalah. Tapi kamu, tangguh melakukannya. Bisa kurasakan dalam setiap relungku betapa kamu mempersiapkan secara tiba-tiba. Bisa kubayangkan raut wajahmu saat mengatakannya. Gelisahmu, kegugupanmu, semua terangkum dalam memoriku. Lalu, apalah lagi yang kau tunggu?
... Jelaslah ini bagimu. Hentikanlah perjuanganmu. Indahlah hatimu.
Tetap tersenyum ya, meski kadang mendung menyelimutimu.
0 komentar:
Post a Comment