For what i feel, what i see, what i hear, what i dream of, what i used to be, what i would be. Here i am. Just take a deep breath, then read!

Wednesday, January 09, 2013

mau kemana juga, nyarinya pantai!

Rasanya campur aduk, dan itu dialami di beberapa hari belakangan ini. Gabisa ya hari ini seneng aja, terus besok gusar aja, terus besoknya lagi sedih aja. Lah ini, pagi santai, selalu santai perasaannya, cenderung riang, dan tak ada beban. Nyampe kantor, baru duduk, ribuan pikiran udah mulai berebut masuk ke otak, puyeng sendiri jadinya. Beneran puyeng. Agak siangan dikit, deg-degan, agak gelisah, kayak orang ada di persimpangan jalan mau nyebrang, tapi kendaraan lagi rame banget. Nah, bingung kan gimana cara nyebrangnya? Gue gitu.
Sore, selalu bersemangat. Giat. Ngerjain ini-itu satu persatu, sambil berenang, minum teh manis anget, terus makan pisang goreng. Gak nyambung, haha. Ya intinya, sore itu, gue produktif banget otaknya, kalo raganya sih udah dari pagi produktif nya. Nah, tapi kaan yaaaa, mana cukup semua dikerjain di sore ini. Kenapa juga otak ini baru bisa optimal di sore hari? Kenapa dari pagi sampe siang gue cuma nunggu kegusaran gue selesai? Buang-buang waktu kan? Ngerepotin diri sendiri juga ujung-ujungnya. Apalagi kalo itu berjalan tiap hari di minggu-minggu ini. :'(

Apasih yang gue pikirin? Banyak. Saking banyaknya, gue jadi bingung mau mikirin yang mana dulu, mau ngerjain yang mana dulu. Yang terjadi malah, gue mikirin apa, gue ngerjain apa. Giliran kerjaan gue udah selesai, realisasi pikiran gue malah belum terwujud sama sekali. Giliran, pikiran gue udah selesai dan tinggal wujudin dalam aksi, raga gue yang udah gak sanggup, ngerengek-rengek minta di sleep. Well, ini ribet yah ceritanya hahaha.

Ya intinya, gue pengen liburan. Sori, bukan liburan, tapi istirahat sejenak. Bukan buat istirahatin raga gue, tapi otak gue. Dan, solusinya cuma satu.... pantai! Hhahhahaha...
Istirahatin badan mah gampang buat gue, tinggal tidur, beres. Istirahatin otak? Buat gue, the very best way untuk istirahatin otak adalah ke pantai. Udah, titik. Cuma itu, gak ada lagi. Bayangin, di pantai, otak gue gak perlu bekerja optimal. Cukup kayak orang bego, atau bertingkah seperti anak kecil aja, selesai. Gak perlu mikirin rekon pajak udah selesai apa belum, gak perlu mikirin mau makan apa, hari ini pake baju apa, naik angkot apa supaya bisa ngehindarin macet, dsb. Gak perlu ribut-ribut, gak enak, sakit hati, dan atau semacamnya karena ulah temen kantor, temen kuliah, adek, abang, pacar (emang punya?), atau bahkan diri gue sendiri. Di pantai itu, kerjaannya cuma satu : leyeh-leyeh!

Gak perlu mikir harus pake baju apa, karena telanjang pun jadi.
Gak perlu bingung mau minum apa, karena air putih aja udah cukup.
Gak perlu apa-apa deh pokoknya.

Menurut gue, cara yang paling enak buat nikmatin pantai itu cuma satu : jangan pergi sendiri. Kenapa? Karena segala pandangan yang lo liat terhampar di depan lo itu terlalu indah buat lo nikmatin sendiri. Dalam hal ini, gak mesti lo pergi dengan teman-teman lo atau siapapun, karena sendiri pun jadi. Toh, disana lo akan jadi stranger, meet new people, interact with them, find new friends, share with them about how cool the weather is, how clean the water is, how big the wave is, or anything that simply make you feel lucky!

Gue pernah nonton Flirting With 40, disitu Kyle, seorang instruktur surfing di Hawaii, menolak diajak pacarnya untuk pindah ke New York, karena menurut dia, living with the beach is so relaxing, and this is the best way to enjoy life. I don't want to move to city, and spending my entire life for busy rhings, crowded, traffic, and glamorous. It's so sad to know that much people enjoy living like that.

Nah, sampe disini, gue mikir gue pengen jadi pacarnya Kyle, just because we have same opinion about how to enjoy life. Tapi ya tappiiiiiii, ini kan udah kodrat gue, dilahirkan di Kota Metropolitan kayak Jakarta. Kalopun boleh milih, setelah fase hidup under-25 ini, gue pengen pindahin sekeluarga gue, untuk tinggal di Lombok, atau Phuket, atau Raja Ampat, atau Hawaii, atau mungkin Maldives. Hahhahaa. Ya, just because there are so many beaches there.

Kalo dipikir-pikir, postingan ini kayak postingan latahan dari postingannya Della. Ya emang, seharian ini gue mikir gue pengen banget ke Hawaii, dan ketemu di Kyle itu. Tapi, berhubung itu sangat gak mungkin, jadilah tadi gue cukup mengkondisikan jiwa gue disana. Idiiiiiih, deburan ombaknya gak nyantai.

Terakhir ke pantai itu, kemarin sebelum tahun baru, persis di tanggal 31 Desember 2012. ya, disitu gue emang mengganggap this-is-my-new-year sih. Waktu itu, sekalian acara kejut-kejutan untuk ulang tahun Galih. Random, pas tengah malam mau ke tempat Galih, kita memutuskan untuk cus ke Anyer, kan deket tuh. Sampailah kita disana jam 3 pagi. 

Wiiiih, gelapnya. Di depan langsung laut, bibir pantainya gak ada. Dan kita harus nunggu sampai subuh, untuk aman cebar-cebur. Jadilaaah, gue dan Aji kegirangan dan gak sabaran untuk basah-basahan di pagi itu. Setelah nyeburin Galih, gue sama Aji kompak untuk nyebur juga, dengan menanggalkan jins kita. Emang bawa baju? Enggak. Hehehe, ya gapapa basah-basahan. Kapaan lagi? Nemu pantai di Jakarta susah, yang deket cuma Ancol, dan kondisinya.... ya taulah yaa.

Then, it was fun!


So, where next?







missing the waves,
tvs.

1 comment:

Written by tvelofas. Powered by Blogger.

© Je Suis Moi ♥♥, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena